Narasi Bocah Pasien HIV yang Dikucilkan sampai Pada akhirnya Meninggal


BANYUWANGI,Dirawat satu bulan serta minta pulang 
Saat sebelum wafat, LJ pernah dirawat sepanjang 28 hari di bangsal perawatan anak. Ty juga turut bermalam dirumah sakit daerah itu. " LJ serta kakaknya telah jadi sisi dari kami. Sepanjang 28 hari dia dirawat disini. Namun, Selasa sore ia dibawa kakaknya pulang, " kata Agus Estu, Kepala Ruangan Perawatan Anak, waktu didapati Kompas. com, sehari saat sebelum LJ wafat. 

Waktu itu, Kompas. com berupaya mencari kehadiran LJ serta sekian kali mendatangi kos mereka. Tetapi, mereka sudah berpindah-pindah bererapa kali. 

Menurut Agus Estu, mulai sejak LJ di nyatakan positif, pihak rumah sakit menolong seutuhnya penyembuhan dengan memakai dana BPJS Kesehatan. Disamping itu, cost lain-lainnya adalah hasil patungan beberapa petugas dirumah sakit. " Untuk makannya, umumnya dijamin sama sisi gizi. Tidak cuma untuk LJ, namun juga kakaknya yang turut tinggal disini, " kata Agus. 

Waktu dirawat paling akhir kali, sekian kali LJ meminta untuk pulang. Pihak rumah sakit pada akhirnya menghubungi VC. " Sesudah sinyal tangan, pada akhirnya kami mengizinkan VC membawa LJ serta Ty untuk pulang. Saya ketahui bila mereka tak mempunyai rumah, namun mungkin saja mereka mau berbarengan lantaran VC pernah narasi bisa tumpangan rumah rekannya, " papar Agus lagi. 

Tetapi, saat sebelum dibawa pulang, pihak rumah sakit berpesan pada VC untuk selekasnya kembali membawa adiknya bila kondisinya drop. Waktu dibawa pulang, berat tubuh LJ cuma 13, 5 kg dari berat normal anak seusianya 24 kg. 

 " LJ adalah anak yang ceria. Dia tak pernah mengeluh, tidak sering menangis. Cuma saja, dia kerap meminta disuapin waktu makan oleh perawat. Saya lihat mereka kurang kasih sayang. Kami menjaga dia mulai sejak 2012, waktu bapak serta ibunya wafat lantaran HIV/AIDS. Mereka tak ada yang menjaga serta memerhatikan. Kakaknya VC tersebut yang banting tulang untuk adik-adiknya. Bahkan juga, kami kerap patungan untuk ganti cost VC membawa adiknya kesini lantaran tinggal jauh dari rumah sakit, " ungkap Agus lagi. 

Hal seirama disibakkan Hafiful Malik, petugas VCT rumah sakit itu. Lelaki yang akrab di panggil Ipung itu mengakui, sesudah tahu bila bapak serta ibu LJ positif HIV, dia meminta supaya seluruhnya anak-anak mereka melakukan tes VCT. 

 " Kami tes mulai anak yang paling kecil serta nyatanya cuma LJ yang dinyatakan positif serta besar kemungkinan tertular waktu dia dilahirkan dari ibu yang postif HIV/AIDS, " kata Hafiful. 

Disamping itu, sesudah dibawa pulang pada Selasa (23/6/2015), VC kembali melarikan LJ ke rumah sakit pada Rabu (24/6/2015). Sesudah dirawat sepanjang semalam, LJ mengembuskan napas terakhirnya pada Kamis (26/6/2015). 

 " Waktu pulang, adik saya minta dibawa ke Jember serta saya menurutinya. Disana cuma sebagian jam, lantas segera kembali pada rumah sakit lantaran kondisinya drop. Kamis pagi dia pernah meminta berulang-kali saya duduk di sebelahnya lantas diminta pergi. Suruh duduk, suruh pergi lagi. Lalu, saya cium keningnya serta katakan, 'Kalau ingin pergi, Mas ikhlas. Nyatanya dia pergi saat saya tengah tidur, " kata VC dengan tatapan kosong. 

VC mengakui tidak mau ada anak-anak lain yang memperoleh perlakuan seperti adiknya yang dikucilkan. " Waktu adik saya masih tetap hidup, seluruhnya menjauhi kami. Saat ini, waktu dia telah wafat, seluruhnya mendekat serta mengakui perduli. Sampai kini, adik saya diperlakukan tak adil oleh beberapa orang di seputar kami, " kata dia. 

Pasca-meninggalnya LJ, VC mengakui bakal mencari pekerjaan terus untuk membiayai adik-adiknya yang lain. " Saya bakal meninggalkan dunia jalanan untuk mencari pekerjaan terus. Sampai kini, saya ngamen supaya dapat bawa adik saya kerja serta tak ada pilihan lain, " kata dia. 

Sekarang ini, VC tinggal di suatu puskesmas lantaran temani Ty yang sakit serta mesti dirawat inap. " Ty mungkin saja kelelahan lantaran sampai kini tinggal dirumah sakit temani LJ. Dia juga sedih serta shock lantaran adiknya wafat. Saat ini Ty diinfus. Mudah-mudahan dia cepat sembuh serta selekasnya keluar dari puskesmas agar saya dapat membenahi hidup lagi. JK juga nginap disini (puskesmas) hingga Ty keluar, " kata dia. 

Berdasar pada data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, sampai Januari 2015, ada 69 anak positif HIV yang tinggal di lokasi Kabupaten Banyuwangi. Beberapa besar dari mereka berstatus yatim atau yatim piatu dari orang-tua yang juga wafat lantaran HIV/AIDS. 

 " Umur pasien rata-rata berumur 2-10 th. serta yang paling tua berumur 11 th.. Satu diantaranya yaitu LJ. Kami pernah menggalang dana buat dia, " kata Tunggul Harwanto, Program Manager Grup Kerja Bina Sehat, yang sampai kini menyimpan perhatian pada perlakuan masalah HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwangi. 

Menurutnya, karenanya ada masalah LJ, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi butuh bikin rumah berkunjung untuk anak pasien HIV maupun pasien HIV/AIDS dan keluarganya. Karena, stigma orang-orang serta diskriminasi yang berasumsi bahwa HIV/AIDS yaitu penyakit kutukan bikin pasien serta keluarga dikucilkan. Hal semacam itu dapat jadi parah situasi pasien. 

Diluar itu, sosialisasi perihal pemahaman perihal penularan HIV/AIDS juga mesti ditingkatkan, terutama untuk kelompok ibu rumah-tangga. " Sekarang ini, ibu rumah-tangga salah satu grup orang-orang yang rawan tertular HIV/AIDS. Semestinya ibu hamil juga memperoleh service tes VCT untuk tahu keadaan kesehatannya. Bila positif HIV, jadi dapat dihindari supaya tak menular pada anak yang dilahirkan. Jadi, meskipun ibunya positif, masih tetap dapat melahirkan anak yang sehat, pasti dengan pengawasan dari dokter dan perlakuan spesial waktu melahirkan bayi, " ungkap Tunggul. 

Tunggul juga menyatakan, program penanggulangan HIV/AIDS tidak cuma pekerjaan Kementerian Kesehatan, tetapi juga semua komponen pemerintahan serta orang-orang. " Bila LJ tinggal dirumah berkunjung serta memperoleh pemantauan kesehatan dengan cara optimal, perawatan yang ideal, serta di dukung oleh keluarga serta orang-orang, mungkin saja dia masih tetap dapat bertahan. Kita tahulah bagaimanakah kehidupan di jalan, terlebih turut berbarengan kakaknya mengamen. Disini semestinya pemerintah bertanggungjawab, termasuk pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) anak seperti LJ, " katanya.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment