Zaman dahulu saat sebelum terwujud pesawat terbang, transportasi dari satu negara ke negara yg lain yg terpisah lautan yaitu kapal. Modal transportasi ini juga yg di naiki Dzun Nun al-Mishri serta jamaah lain waktu akan menunaikan beribadah haji ke Baitulah.
Di kapal itu banyak pedagang yg membawa barang-barangnya, Dzun Nun sendiri membawa barang yg tak terlampau banyak. Diantara demikian banyak penumpang, ada seseorang anak muda yg tampan, berwajah berseri-seri.
Kapal selalu melaju. Di dalam perjalanan, mendadak sang yang memiliki kapal terasa kehilangan duit. Karenanya laju kapal di perlambat. Tidak selang berapakah lama selekasnya di umumkan bahwa sang yang memiliki kapal kehilangan sekantong duit serta sebaiknya seluruhnya penumpang terus duduk di tempatnya semasing.
Pada akhirnya di kerjakanlah penggeledahan. Semua penumpang kapal di check dgn jeli satu persatu untuk mencari barang yg hilang.
Sampai pada akhirnya giliran penggeledehan itu hingga pada seseorang pemuda tampan. Awal mulanya, ia duduk di tempatnya dgn tenang sekali. Namun lantaran dia yg paling akhir kali di geledah, beberapa penggeledah itu melihat dianya seakan-akan meneror.
Si pemuda tampan tadi terasa tak nyaman, lantaran ia betul-betul tidak tahu menahu perihal kantong duit itu. Sesudah ada diantara penggeledah itu yg mengasarinya, ia juga berontak, " Saya bukanlah pencuri, mengapa saya di perlakukan dgn kasar? "
Karena dianya hanya satu orang yg menyanggah, jadi ia di kira juga sebagai pencuri barang itu. Lihat fakta itu, beberapa penggeledah ingin menangkapnya, namun si pemuda tampan meronta-ronta lantas menceburkan dianya ke tengah lautan.
Tidak peduli ombak yg menggulungnya serta kematian yg bakal menjemputnya.
Beberapa orang ramai menyerbu ke pinggir kapal, untuk lihat pemuda yg terjun tadi. Mereka akan lihat apa yg berlangsung dgn di liputi kecemasan. Mereka berasumsi bila pemuda itu susah selamat dari kematian. Terlebih tanpa ada memakai pengaman apa-apa.
Namun apa yg berlangsung? Pemuda itu mendadak nampak diatas ombak seperti duduk diatas kasur. Dia tak terbenam. Mereka melihat pemuda itu dgn terpana.
Bagaimanakah mungkin saja ia dapat selamat dari gulungan ombak? Serta yg sungguh diluar akal, bagaimanakah mungkin saja ia dapat mengapung diatas gulungan ombak dgn posisi sama seperti duduk diatas pembaringan, walau sebenarnya tak ada penyangga badannya, terkecuali ombak saja.
Banyak yg geleng-geleng kepala lantaran takjub atas kuasa Allah swt. itu.
" Wahai Tuhanku! Mereka sudah menuduhku juga sebagai pencuri. Ku mohon kepada-Mu, wahai Dzat pembela orang teraniaya supaya Engkau sudi memerintahkan pada seluruhnya ikan yg ada di lautan ini memperlihatkan kepala mereka dgn membawa sebutir mutiara di mulutnya! " ucap pemuda itu.
Saat sebelum doa si pemuda tampan tadi selesai, beberapa orang yg ada diatas kapal, termasuk juga Dzun Nun, kembali terbelalak demikian ikan-ikan laut bermunculan ke permukaan serta tiap-tiap ikan keluarkan sebutir mutiara berkilauan.
Seluruhnya awak kapal tercengang sekalian bingung seakan tak yakin apa yg barusan mereka saksikan.
" Apakah kalian masih tetap menuduhku juga sebagai pencuri, walau sebenarnya kekayaan Allah yg kalian saksikan ini dapat saya ambillah demikian saja bila saya ingin? " bertanya si pemuda tampan.
Lantas ia memerintahkan ikan-ikan itu agar kembali pada tempatnya, jadi tenggelamlah seluruhnya ikan-ikan tadi.
Sejurus lalu, si pemuda tampan itu jalan ke tengah lautan sambil berdoa, " Iyyakana' budu wa iyyaka nasta'in (cuma kepada-Mu-lah saya menyembah serta cuma kepada-MU-lah saya memohon pertolongan) " QS. al- Al-Fatihah : 5.
Ayat itu di baca terus-menerus sampai jejaknya lenyap dari pandangan mereka seluruhnya.
Inilah satu momen yg di saksikan oleh Dzun Nun al-Mishri hingga tersentuh hatinya.
Ia juga ingat sabda Rasulullah saw., " Dalam umat ini bakal selalu ada tiga puluh orang, yg mereka itu berhati seperti hati Nabi Ibrahim kekasih Dzat yg yg Maha Kasih Sayang. Tiap-tiap satu dari mereka wafat dunia, jadi Allah menggantinya dgn seseorang lagi. " (HR. Imam Ahmad)
Nyatanya perjalanan ruhani itu membawa hikmah yg luar umum untuk Dzun Nun al-Mishri. Suatu perjalanan hidup yg jadikan dianya selalu melakukan perbaikan diri.
☝ Hikmah utama
1. Terkadang momen tidak terduga dapat bikin seorang beralih. Susah di nalar memanglah, namun betul-betul berlangsung di depan mata. Seperti cerita diatas. Momen ini jadi pintu masuk untuk Dzun Nun al-Mishri untuk menapak jalan sufi.
Seperti di kenali sufi yaitu seorang yg berintrospeksi diri serta senantiasa mendekatkan diri pada Allah swt.
2. Kekuasaan Allah yg di tunjukkan lewat pemuda tampan yg terjun ke laut lantaran tak terasa mengambil kantong emas yaitu juga sebagai tamparan untuk yang memiliki kapal serta mereka yg menuduhnya juga sebagai penjahat.
3. Doa orang yg teraniaya bakal gampang di ijabahi Allah swt. Oleh karena itu, jangan sempat kita berbuat aniaya pada seorang.
Sabda Nabi saw. " ada tiga doa yg tidak bakal di tolak Allah swt. , yaitu doa orangtua pada anaknya, doa orang yg teraniaya, serta doa seseorang musafir. " (HR. Abu Hurairah)
(Sumber : Taubat Dzun Nun al-Mishri dalam kemuliaan Taubat ; cerita beberapa orang yg di ampuni, Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisy, )
Sumber : majalah Islam
ConversionConversion EmoticonEmoticon